Connect with us

tokoh

Mengenal Vitalik Buterin, Dirikan Ethereum Karena Keterbatasan Bitcoin

Published

on

Vitalik Buterin, Dirikan Ethereum di Usia 19 Tahun

Ethereum adalah salah satu penemuan paling penting dalam industri kripto. Seperti halnya Bitcoin, jaringan blockchain ini telah memicu beberapa gerakan besar yang mampu membawa kripto dan blockchain menjadi lebih cepat diadopsi oleh masyarakat.

Berbeda dengan Bitcoin, Ethereum hadir dengan sistem komputasi serbaguna dan desain infrastruktur yang memungkinkannya memberi daya pada beragam aplikasi blockchain.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang memahami cara kerja Bitcoin, semakin mereka mulai memvisualisasikan kemungkinan lain.

Seperti upaya untuk menambah lebih banyak fungsi ke blockchain Bitcoin. Sementara yang lain berusaha membuat variasi mereka sendiri dari jaringan terdesentralisasi.

Karena infrastruktur Bitcoin yang terbatas, sebagian besar upaya untuk meningkatkan jaringan Bitcoin berakhir mengecewakan.

Hingga suatu hari seorang remaja berusia 19 tahun bernama Vitalik Buterin hadir dengan konseptual untuk mengatasi keterbatasan protokol Bitcoin, sehingga blockchain dapat menjadi sebuah blok bangunan untuk beragam aplikasi bahkan di luar bidang keuangan.

Bermain kripto sejak usia 17 tahun

Vitalik Buterin, Dirikan Ethereum di Usia 19 Tahun

(foto: cnbc)

Lahir di Moskow pada 31 Januari 1994, Vitalik Buterin adalah seorang putra ilmuwan komputer, Dmitry Buterin.

Sejak lahir hingga berusia 6 tahun, ia dan keluarga tinggal di Rusia. Hingga akhirnya keluarga Buterin pindah ke Kanada.

Bakatnya di bidang matematika dan bahasa pemrograman sudah nampak sejak ia di bangku sekolah dasar.

Pada tahun 2011, ia pertama kali mendengar tentang Bitcoin dari sang ayah. Ia berusia 17 tahun pada saat itu.

Awalnya ia meremehkan gagasan Bitcoin karena kurangnya nilai intrinsik. Ia berpikir bahwa konsep itu pasti gagal.

Kemudian programmer Rusia-Kanada itu menjadi penasaran dengan sistem pembayaran terdesentralisasi yang ditawarkan oleh mata uang kripto.

Ia berkeinginan untuk membeli Bitcoin, namun kekurangan sumber daya uang dan komputasi untuk menambang. Ia akhirnya menulis postingan di blog dengan imbalan pembayaran dalam Bitcoin.

Setiap posting yang ia kontribusikan untuk forum Bitcoin online, ia dibayar 5 BTC.  Bersama dengan Mihai Alisie dan penggemar Bitcoin lainnya, ia mendirikan Majalah Bitcoin pada akhir 2011.

Keluar dari universitas untuk dirikan ethereum

Vitalik Buterin, Dirikan Ethereum di Usia 19 Tahun

(foto: pixabay)

Di bangku perkuliahan di Universitas Waterloo, ia mengambil kursus lanjutan untuk menjadi asisten peneliti untuk seorang kriptografer, Ian Goldberg.

Tahun 2013, ia mengunjungi pengembang dari berbagai negara untuk membagikan antusiasmenya terhadap sistem jaringan blockchain.

Koneksi yang semakin luas membawanya bertemu dengan para pemikir hebat di seluruh dunia yang bekerja untuk memperluas fungsionalitas blockchain Bitcoin.

Ia kembali ke Toronto pada akhir 2013 dan menerbitkan whitepaper yang mengusulkan Ethereum.

Ia memutuskan untuk keluar dari universitas tempatnya berkuliah pada tahun 2014. Saat itu ia dianugerahi hibah US$100.000 dari Thiel Fellowship, sebuah program beasiswa dari pemodal ventura, Peter Thiel.

Koin Ethereum, Ether, pertama kali diluncurkan pada tahun 2015. Saat itu ia baru berusia 21 tahun. Sistem yang dibuat olehnya dipuji sebagai sesuatu yang dapat membasmi korupsi.

Meski mengundurkan diri dari kampusnya, ia tetap berhasil mencetak kualifikasi tingkat  universitas.

Dengan diperolehnya gelar doktor kehormatan dari University of Basel, Swiss pada tahun 2018. Gelar kehormatan itu diberikan kepadanya atas karya inovatifnya di duang blockchain dan kontribusinya ada ekosistem.

Baginya bitcoin terlalu mendasar

Dirikan Ethereum di Usia 19 Tahun

(foto: pixabay)

Bagian dari motivasinya untuk membuat Ethereum adalah pandangannya tentang Bitcoin yang hanya menawarkan fungsionalitas terbatas.

Bitcoin yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto tidak menggunakan bahasa pemrograman yang lengkap dan tidak memiliki fungsi yang dinamis.

Ketertarikannya kepada dunia kripto dan Bitcoin membawanya untuk bermain-main dengan teknologi dasar Bitcoin.

Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun setelah debutnya di kancah dunia kripto, ia telah berhasil memperluas pemikirannya tentang fungsionalitas blockchain Bitcoin.

Ia memberikan kesimpulan bahwa satu-satunya cara yang layak untuk menghindari pembatasan protokol Bitcoin adalah dengan membangun jaringan-jaringan baru dengan bahasa pemrograman yang lebih universal.

Momen ini melahirkan ide Ethereum. Dalam waktu kurang dari empat minggu, ia memiliki dasar untuk menciptakan ekosistem kripto paling berharga kedua.

Ide Ethereum yang diusung adalah tentang kekuatan sebuah sistem dengan menjadikan protokolnya menjadi lebih umum dan dapat diterapkan ke jaringan blockchain, teknologi di balik mata uang kripto.

Milyarder dengan sikap kedermawanannya

Dirikan Ethereum di Usia 19 Tahun

(foto: pixabay)

Nama Vitalik Buterin menghiasi jajaran orang terkaya di dunia yang dicatatkan oleh Forbes dalam “Under 30”.

Sejumlah sumber menyebutkan, kekayaannya dari koin Ether yang ia simpan di dompetnya mencapai 333.500 koin. Jika dikalikan dengan harga tertinggi Ether US$3.500, kekayaannya mencapai lebih dari US$1,1 miliar.

Selain Ether, ia juga menyimpan setengah dari total jumlah koin Shiba Inu. Atau sekitar 505 miliar koin SHIB yang dikonversikan menjadi sekitar US$14 miliar.

Menjadi milyarder di usia yang cukup muda, di bawah 30 tahun, tidak membuatnya berbesar kepala.

Ia tercatat pernah menyumbangkan koin Ether miliknya ke sejumlah lembaga penelitian seperti Machine Intelligence Research Institute di tahun 2017 dan SENS Research Foundation pada tahun 2018.

Baru-baru ini ia menyumbangkan 50 triliun koin Shiba Inu yang diperkirakan mencapai US$1,2 miliar ke dana bantuan kripto untuk COVID-19 di India.

Loading...
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *